Mimpi Tiada Akhir# 2

 


Dibagian selatan Bumi, ada belahan dunia yang tidak terjamah oleh manusia, tidak ada manusia yang ingin kesana dan tidak ada manusia yang bisa bertahan hidup disana karena daerah itu di huni berbagai mahkhluk misterius dan juga monster monster berbahaya yang bisa membunuh manusia dengan mudah, daerah ini dikenal dengan nama hutan terlarang. Hutan yang yang dingin, gelap dan sunyi, melihatnya saja sudah terasa mengerikan, bahkan ada rumor yang mengatakan barang siapa yang melangkah selangkah masuk kehutan itu, dia sudah bukan manusia lagi, dia sudah mati, sekalipun raganya masih bergerak, tapi dia sudah kehilangan kesadaran, atau yang lebih parah raga dan jasadnya sudah hancur dicabik cabik oleh monster disana, berapa jumlah mereka?, sangat banyak, tidak terhingga, Cuma itu jawaban pemerintah.

Pemerintah sejak dulu membangun tembok besar dan tinggi sebagai pembatas antara dunia manusia dan dunia monster hal ini ditujukan untuk meminimalisir serangan monster terhadap ummat manusia,beberapa kali dilakukan riset tentang hutan terlarang tersebut, pemerintah mengirim banyak tentara khusus dan para ahli untuk meneliti dunia dingin dan gelap itu, namun tak ada satupun dari mereka yang berhasil Kembali dengan selamat, hal ini membuat informasi tentang hutan terlarang menjadi sangat terbatas, kurang nya informasi ini membuat pertanyaan besar bagi umat manusia, Kenapa dibalik dunia ini ada para monster?, sejak kapan mereka ada?, apa sebenarnya makhluk makhluk mengerikan Bernama monster itu?, bagaimana cara mengalahkan mereka?, kenapa mereka menyerang umat manusia?, pertanyaan pertanyaan itu sampai sekarang masih belum terjawab dengan pasti.

Distrik 9 adalah distrik di posisi terakhir yang dimiliki umat manusia sekaligus distrik yang berbatasan langsung dengan hutan terlarang dan di distrik ini pula tembok besar didirikan, namun kenyataanya sampai sekarang distrik 9 dinobatkan sebagai distrik yang paling berbahaya, karna sering kali terjadi serangan monster monster yang entah datang dari mana dan bagaimana mereka bisa menembus tembok itu menyerang pemukiman warga dan tentara setempat, akibatnya tidak ada orang yang mau tinggal di distrik 9 ini, sekiranya ada, mereka adalah orang orang miskin yang tak mampu membayar biaya hidup di distrik lain, air, listrik bahkan bangunan sekaligus diberikan Cuma Cuma untuk waarga yang ingin hidup dan tinggal disana,tapi sebagai gantinya mereka dipaksa melindungi diri mereka sendiri tanpa banyak mengandalkan tentara yang berjaga disana, bahkan Sebagian orang mengatakan orang orang yang tinggal di distrik 9 dijadikan tumbal oleh pemerintah agar para monster tidak masuk ke Distrik sekelilingnya seperti Distrik 8 dan 7, namun cibiran itu tidak dihiraukan oleh mereka yang tinggal di distrik 9, ekonomi dunia sedang tidak stabil, orang orang kaya bisa hidup aman dan tentram di distrik 1, 2 dan 3, orang yang ekonominya berada di kelas menengah bisa hidup di distrik 4, 5, dan 6, sedangkan orang orang miskin tinggal di distrik 7, dan 8, lalu orang yang paling miskin, orang yang merasa sudah tak punya harapan untuk hidup, orang yang terlantar, dan orang orang yang kehidupanya dibawah miskin, terpaksa  tingal di distrik 9.

Meskipun begitu nampaknya sampai sekarang keseriuasan pemerintah untuk membenahi distrik 9 agar bisa ditinggali denga naman masih terlihat, hal itu ditandai dengan masih adanya polisi dan terntara yang berjaga di perbatasan tembok dengan hutan terlarang, seperti kesepakatan sebelumnya, bangunan yang tersisa disana diberikan Cuma Cuma akan tetapi nyawa dan keselamatan penduduknya bukan lagi tanggung jawab pemerintah, selamat datang di distrik 9, selamat datang di neraka.

Hujan mengguyur bumi tak ada henti hentinya seolah sedang menangisi seseorang, langit yang menangis tak mau menyeka air mata yang menggenangi pipinya, saat awan sedang mesranya bercumbu dengan bumi saat itu juga angin yang bertiup membawa dingin di setiap hembusanya cuaca ekstrim sering sekali terjadi di distrik 9, Hidan yang sedari tadi bangun hanya duduk termenung di tepi ranjangnya melihat kearah jendela sambil menerawang kearah langit, melihat butiran butiran air yang turun secara beruntun seperti tidak memberi ampun bagi apapun yang ada dibawahnya, pandanganya mengarah ke jam dinding yang terpajang di kamarnya

“Masih jam 9 yah” gumamnya

Tidak tahan dengan kebosananya perlahan Hidan melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya yang berada di lantai 2, meraih kunci jendela sembari membuka jendela kamarnya

“Wuuuush…” tiba tiba angin bertiup kencang masuk kedalam kamar, padahal Hidan belum membuka jendela sepenuhnya

“Braaak….” Dan tiba tiba jendela terbuka sepenuhnya dengan paksa disebabkan tiupan angin yang begitu kencang, seolah di terjang badai, angin sekuat ini sudah lazim terjadi di distrik 9

Hidan memeluk dirinya yang kedinginan saat ia berada tepat di depan jendelanya yang sudah terbuka, angin yang bertiup terasa begitu dingin padahal tubuh Hidan sudah dibalut jaket yang lumayan tebal, namun angin yang menerpa tidak dapat membendung dingin yang menerjang tubuhnya, meskipun dilanda kedinginan Hidan tetap berada didepan jendelanya, rambutnya teracak acak oleh udara yang masuk kekamar begitu juga jaket hidan yang berkibar kibar.

“Siaaal…. Dingin sekali” ujarnya dalam hati

Tak tahan dengan dingin yang menerpa, cepat cepat Hidan Kembali menutup jendelanya, namun ia tetap berada di balik jendelanya, berdiri terpatung menatap keluar, menatap jalan raya yang tak ada satupun kendaraaan yang melintas, kosong dan sepi, suara rintik hujan terdengar jelas ketika jatuh menimpa atap, kesenyapan yang dirasakan Hidan membuat dia sesekali memandang ke langit lalu pandanganya kebawah melihat kejalanan, berkali kali Hidan bergantian memandang keatas kebawah, sekilas ia teringat dengan keluarganya, ayah, ibu dan adek nya, namun kini ia tak tau dimana mereka berada, 2 tahun yang lalu serangan monster terjadi di distrik 8 yang membuat ia terpisah dari keluarganya, kadang dia bertanya dalam hatinya Apa mereka masih hidup?, namun dengan cepat ia menyingkirkan pikiran negative tersebut dan meneguhkan hati serta percaya bahwa keluarganya msaih hidup.

Ditengah lamunanya ia samar samar melihat seorang Wanita berpakaian tipis sedang berlari lalu tiba tiba terhenti di toko yang tepat berada disebrang jalan raya di depan rumah Hidan, dia hanya membawa selendang yang dibalutkan ke lehernya, sangat tidak efektif untuk melawan dingin, apalagi cuaca diluar sangat dingin. Beberapa menit Hidan memperhatikan gerak gerik Wanita itu, dia seperti sedang menunggu seseoarang sembari melihat kearah kanan kirinya, padahal dia tau tak ada orang yang mau keluar di tengah tengah hujan dingin seperti ini, lalu tiba tiba Wanita itu terduduk dijalan, memeluk lututnya dan menundukan kepalanya

“ Dia menangis? “ gumam Hidan dalam hati, dia tau betul bagaimana pose Wanita ketika menangis, tapi Hidan tidak berbuat apa apa, lagi pula apa yang bsia dia perbuat, ingin rasanya menemui gadis itu dan mengajaknya kedalam rumahnya agar ia tidak kedinginan, namun udara yang menerpa benar benar dingin, itu membuat Hidan malas beranjak dari tempatnya

Sudah sejam Hidan memperhatikan Wanita itu dari balik jendelanya yang sudah berselimutkan kabut di setiap sudut kaca jendelanya, namun Wanita itu terlihat tidak bergerak dari tempat duduknya

“Apa sebenarnya yang dipikirkan Wanita itu, dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi, kalau begini terus dia bisa mati kedinginan” kata Hidan.

Sebagai lelaki dia tidak bisa membiarkan Wanita itu mati kedinginan di luar, hal itu yang membuat Hidan mengumpulkan tekat dan niatnya untuk menemui dan membantu Wanita tersebut, dengan Langkah yang pelan dan malas hidan meraih jaket nya yang tergantung di dinding rumahnya lalu memakainya, dia tak mau kedinginan jadi dia memakai 2 jaket sekaligus,

“ Yoosh… aku harus membantunya” katanya mulai menyulut semangatnya sendiri

 

BERSAMBUNG

 

Komentar