Antara Cinta dan Obsesi #3


Lantunan bacaan Alqur’an menggema diangkasa dibarengi oleh selingan zikir zikir yang terucapkan, seolah tak ada lelahnya zikrullah selalu terdengar di malam bulan suci Ramadhan, seperti biasanya Khadijah mengangkat sajadahnya keluar dari masjid menuju halaman yang beratapkan langit bintang, begitu indah saat kilaunya bersinar, menyihir mata membuatnya tak mau berpaling dari gemerlap malam yang bertaburan ketombe bintang diangkasa, Kembali ia kembangkan lagi sajadahnya diatas bangku di taman masjid sambil membuka Kembali halaman Alqur’an yang seharusnya ia muraja’ah hari ini.

“ini akan memakan waktu lama, aku lupa muraja’ah sesudah zuhur dan ashar tadi” gumamnya dalam hati, benar saja Khadijah cukup sibuk di kampus sampai sampai ia harus segera bangkit dari duduknya seusai melaksanakan sholat dan zikir seadanya, Khadijah mengulang ulang Kembali hafalanya seraya sesekali memejamkan matanya.

Ini adalah teknik one day one juz yang dimiliki Khadijah, dimana ia membaca 2 lembar Alqu’an, atau lebih tepatnya 4 halaman Alqur’an sesudah sholat fardu, jika ia melakukanya itu artinya setelah sholat isya Khadijah telah membaca 20 halaman Alqur’an yang dalam Mushaf Ustmani itu pas satu juz, dengan begitu selesainya bulan suci Ramadhan bertepatan dengan khatam Alqur’anya, namun sepertinya keadaan tak berpihak padanya, belakangan ini kesibukanya membuat dia harus membayar bacaan yang belum terselesaikanya sesudah zuhur dan ashar di waktu isya ini, tapi Khadijah paham betul, bahwa ini ujian dan perjuangan bagi seorang Hafidzah seperti dirinya. Bukanya didalam Alqur’an Allah berfirman yang sekira kira maknanya “Apakah kamu akan dibiarkan begitu saja mengucapkan : kami beriman, sedangkan kamu belum di uji Allah”.

Sering sekali ujian seperti ini dilalui Khadijah namun dia berhasil melaluinya dengan sempurna, tapi dibalik itu masih ada ujian lain yang kerap kali membuat Khadijah kesulitan untuk focus dalam menghafal dan muraja’ah, yaitu ketiha sang hati dilanda cinta dan dihantam kerinduan yang semakin menjadi jadi ketika ia sekejap teringat pada lelaki yang membuatnya jatuh hati dengan sikapnya, sering kali Khadijah dibuat melamun sampe berjam jam cuma gara gara sang hati yang haus akan rindu, dan sering kali Khadijah harus muraja’ah sampe tengah malam karnanya.

“apa semua hati Wanita itu selemah ini, atau Cuma aku saja” pertanyaan yang sering ia hadirkan  pada dirinya sendiri, tentang rasa yang tak kuasa ia bendung saat bayangan itu hadir di dalam kalbunya, tapi Khadijah masih di selimuti iman sehingga ia malu untuk mengungkapkan apapun tentang pangeran yang berhasil mendobrak pintu hatinya pada siapapun, benar benar jubah keimanan yang indah dan cantik dipakai oleh Khadijah, sejalan dengan sabda Rasulullah “Malu itu Sebagian dari iman”

Fenomena yang terjadi justru malah sebaliknya, banyak Wanita Wanita zaman sekarang yang dengan bangganya memerkan pasanganya yang bukan mahrom di media sosialnya, entah karna rasa malu itu sudah kandas dalam dirinya atau lingkungan berhasil mengubah nilai negative terlihat seperti positif, dengan dalih “itu kan hal yang biasa dikalangan anak muda, dan lagi trend nya begitu” benar benar telah menggeser nilai di masyarakat, justru orang seperti Khadijah malah di cemooh orang dengan ucapan “sok suci”. Ketika kita dilanda fenomena seperti ini, sangat beruntunglah orang orang yang sudah belajar agama lagi berilmu, mampu membedakan mana yang baik dan yang sekedar terlihat baik.

Maka terjadilah yang ditakutkan para ulama, ketika keimanan sudah tanggal dari dirinya ditandai dengan tanggalnya malu dalam pribadinya, maka tinggal tunggu ketelanjangan meraja lela dimasyarakat, wahai sahabat ku, mahasiswa seperjuangan ku, apapun yang trend saat ini dan yang akan datang, pertahankan lah iman dan aqidahmu, karna mayoritas orang akan mencari cari alasan untuk membenarkan trend tersebut, meskipun kita tau hal itu adalah salah.

 

Komentar