Lantunan bacaan Alqur’an menggema diangkasa
dibarengi oleh selingan zikir zikir yang terucapkan, seolah tak ada lelahnya
zikrullah selalu terdengar di malam bulan suci Ramadhan, seperti biasanya
Khadijah mengangkat sajadahnya keluar dari masjid menuju halaman yang
beratapkan langit bintang, begitu indah saat kilaunya bersinar, menyihir mata
membuatnya tak mau berpaling dari gemerlap malam yang bertaburan ketombe bintang
diangkasa, Kembali ia kembangkan lagi sajadahnya diatas bangku di taman masjid sambil
membuka Kembali halaman Alqur’an yang seharusnya ia muraja’ah hari ini.
Ini adalah teknik one day one juz yang
dimiliki Khadijah, dimana ia membaca 2 lembar Alqu’an, atau lebih tepatnya 4
halaman Alqur’an sesudah sholat fardu, jika ia melakukanya itu artinya setelah
sholat isya Khadijah telah membaca 20 halaman Alqur’an yang dalam Mushaf Ustmani
itu pas satu juz, dengan begitu selesainya bulan suci Ramadhan bertepatan dengan
khatam Alqur’anya, namun sepertinya keadaan tak berpihak padanya, belakangan
ini kesibukanya membuat dia harus membayar bacaan yang belum terselesaikanya
sesudah zuhur dan ashar di waktu isya ini, tapi Khadijah paham betul, bahwa ini
ujian dan perjuangan bagi seorang Hafidzah seperti dirinya. Bukanya didalam Alqur’an
Allah berfirman yang sekira kira maknanya “Apakah kamu akan dibiarkan begitu saja
mengucapkan : kami beriman, sedangkan kamu belum di uji Allah”.
Sering sekali ujian seperti ini dilalui Khadijah
namun dia berhasil melaluinya dengan sempurna, tapi dibalik itu masih ada ujian
lain yang kerap kali membuat Khadijah kesulitan untuk focus dalam menghafal dan
muraja’ah, yaitu ketiha sang hati dilanda cinta dan dihantam kerinduan yang
semakin menjadi jadi ketika ia sekejap teringat pada lelaki yang membuatnya
jatuh hati dengan sikapnya, sering kali Khadijah dibuat melamun sampe berjam
jam cuma gara gara sang hati yang haus akan rindu, dan sering kali Khadijah
harus muraja’ah sampe tengah malam karnanya.
“apa semua hati Wanita itu selemah ini,
atau Cuma aku saja” pertanyaan yang sering ia hadirkan pada dirinya sendiri, tentang rasa yang tak
kuasa ia bendung saat bayangan itu hadir di dalam kalbunya, tapi Khadijah masih
di selimuti iman sehingga ia malu untuk mengungkapkan apapun tentang pangeran
yang berhasil mendobrak pintu hatinya pada siapapun, benar benar jubah keimanan
yang indah dan cantik dipakai oleh Khadijah, sejalan dengan sabda Rasulullah “Malu
itu Sebagian dari iman”
Fenomena yang terjadi justru malah
sebaliknya, banyak Wanita Wanita zaman sekarang yang dengan bangganya memerkan
pasanganya yang bukan mahrom di media sosialnya, entah karna rasa malu itu sudah
kandas dalam dirinya atau lingkungan berhasil mengubah nilai negative terlihat
seperti positif, dengan dalih “itu kan hal yang biasa dikalangan anak muda, dan
lagi trend nya begitu” benar benar telah menggeser nilai di masyarakat, justru
orang seperti Khadijah malah di cemooh orang dengan ucapan “sok suci”. Ketika kita
dilanda fenomena seperti ini, sangat beruntunglah orang orang yang sudah
belajar agama lagi berilmu, mampu membedakan mana yang baik dan yang sekedar
terlihat baik.
Maka terjadilah yang ditakutkan para ulama,
ketika keimanan sudah tanggal dari dirinya ditandai dengan tanggalnya malu
dalam pribadinya, maka tinggal tunggu ketelanjangan meraja lela dimasyarakat,
wahai sahabat ku, mahasiswa seperjuangan ku, apapun yang trend saat ini dan
yang akan datang, pertahankan lah iman dan aqidahmu, karna mayoritas orang akan
mencari cari alasan untuk membenarkan trend tersebut, meskipun kita tau hal itu
adalah salah.
Komentar
Posting Komentar