Mimpi Tiada Akhir#3


 

Langkah kaki yang teguh mengiringi Hidan  menuju pintu keluar dari kamarnya yang sedari tadi diselimuti hawa dingin berbalutkan suasana sunyi, dilanda badai dan hujan, yang Hidan rasakan hanya kesepian. Dia meraih jaket merahnya dan membuka pintu kamarnya lalu berjalan menuju tangga dan menuruninya hingga ia menginjakkan kaki di lantai pertama.

"tap..." langkah kakinya berhenti tepat di depan pintu kamar Fikri. ia pandangi sejenak pintu kamarnya dan mulai berfikir untuk mengajak Fikri keluar menemaninya menemui gadis yang sedari tadi kedinginan di luar sana, di sebrang jalan yang tepat berada di depan rumah mereka.

"kreeek..." Hidan menarik gagang pintunya dan membuka pintu kamar Fikri. spontan Fikri melirik kearah suara yang berderak itu, suara yang tidak lain berasal dari pintu yang dibuka Hidan. dengan tatapan malas ia menatap Hidan

" Padahal ini masih pagi, apa yang kau inginkan dikamar ku, tidak ada ruang lagi untuk mu menghangatkan diri disini" Fikri memulai bicara saat melihat Hidan memasuki kamarnya

"Aku kesini bukan untuk menghangatkan diri, aku melihat ada gadis di sebrang jalan" jawab Hidan membalas tuduhan Fikri

"Hah?....terus?...." Fikri lanjut bertanya singkat

"Aku rasa dia kedinginan" Jawab Hidan

"Hidan, diluar kan badai hujan, kamarku yang di dindingi 4 tembok dan atap saja masih diserang dingin sampai kedalam sini, apalagi di luar"

"Karna itulah aku ingin mengajaknya berlindung disini, kalau dia terus terusan di luar dia bisa mati kedinginan"

"Kau berlebihan Hidan, ini cuma hujan badai, bukan badai salju, dia takan mati kedinginan"

"Tapi dia terlihat tidak bergerak dari tadi"

"Percayalah, dia takan mati"

"Tapi...."

"KALAU BEGITU APA YANG KAU INGIN KAN DARI KU, KALAU KAU MAU MEMBAWANYA KESINI KAU TAK PERLU MELAPORKAN NYA PADAKU" Fikri menyela Hidan dengan nada bicara yang tinggi

Hidan hanya bisa mendenguskan nafas ketika melihat reaksi Fikri yang sudah muak dengan pembicaraan ini, tapi itu tidak melunturkan niatnya untuk membantu gadis malang yang kedinginan diluar sana

"Hufff...." Hidan menghela nafasnya berat

"Kalau begitu aku akan membawanya kesini, tapi tolong Fikri tetap awasi aku, aku takut kami di serang sesuatu saat di luar sana" Kata Hidan

"Hmmmm..." Fikri mengiyakan nya dengan malas

Hidan membalikkan badan dan berjalan keluar kamar Fikri, menggenggam penutup kepala dari jaketnya lalu menutup rambut kepalanya, tatapanya setengah kosong pertanda di dalam pikiranya berkecamuk, dia sendiri masih tidak mengerti kenapa dia berinisiatif membantunya, tapi terdengar suara yang mengejutkan Hidan

"Kak Hidan mau kemana pagi pagi seperti ini" tanya Nisa 

spontan suara Nisa yang tiba tiba memecah keheningan mengejutkan Hidan dari lamunanya, menarik kembali kesadaranya.

"Eh Nisa, aku lihat ada orang di sebrang jalan, dia kedinginan, aku takut dia kenapa napa jadi aku berencana membawanya kemari" jawab Hidan 

"Nisa juga memperhatikan gadis itu, sepertinya dia sendirian, dia tidak punya keluarga dan rumah yah kak Hidan?" tanya Nisa dengan rasa iba

"Ntahlah Nis, akan ku cari tau setelah membawanya kemari" jawab hidan sambil kembali memperhatikan gadis itu dari jendela yang mengarah ke sebrang jalan

"Kalau begitu Nisa ikut kak"

"Jangan Nisa, kaka mu Fikri pasti tidak mengizinkan mu keluar rumah di hujan badai seperti ini, biar aku saja yang menemuinya" jawab Hidan tegas

"kalau begitu pakai payung ini" Nisa menyodorkan payung yang sedari tadi di genggamnya

Hidan mengambil payung itu dan melangkah menuju pintu keluar, saat ia sudah menggenggam gagang pintu dan hendak membukanya, ia merasakan dingin gagang pintu, kembali mengingatkan nya dengan suasana kala itu, kala monster monster menyerang kota nya di tengah hujan badai seperti ini, yang ia dengat jeritan orang yang dibunuh, sedang udara menyerang sedingin dinginya, sebagian orang mati karena serangan monster itu, sebagian yang teluka tak dapat bertahan hidup oleh cuaca hingga mati kedinginan. 

Peristiwa itu sudah berlalu cukup lama, namun sakitnya masih terasa, Hidam sekejap memejamkan matanya dan menghela nafas dalam dalam, lalu menghembuskanya dengan sekali hembusan\

"Kreeesk..." Pintu rumah Hidan buka dengan perlahan

"WUUUSH...." Baru saja ia membukanya, angin kencang menerpa tubuh Hidan, angin di luar memang cukup berbahaya jika terus berlama lama tubuhnya bisa menggigil

"Siaaal... padahal aku belum melangkah tapi sudah di serang angin seperti ini, entah kenapa semakin hari aku merasa angin nya semakin tidak masuk akal, kenapa semakin dingin dan semakin menusuk ketulang tulang" keluh Hidan

Hujan yang turun begitu deras, disertai angin kencang dan dingin, bahkan hanya dijarak 20 meter saja pandangan Hidan sudah kabur ditutupi kabut tipis, Hidan merasakan hawa aneh di luar sini, padahal sebelum keluar ia tidak melihat ada kabut diluar. dengan cepat Hidan menyingkirkan segala pikiran aneh yang ada di benaknya, membuka payungnya dan melangkah menuju gadis itu, menyebrangi jalan yang tidak ada satupun kendaraan yang melintasinya.

"tap..tap..tap.." suara langkah kakinya bercampur dengan dercikan air yang ia pijakkan di genangan jalanan itu, Hidan mempercepat langkah kakinya

"TIIIIID....." Tiba tiba ada suara klakson dari arah kanan nya, spontan Hidan melirik kearah kanan dan melihat mobil jeep melaju cepat kearahnya

"Siaaal..." gumamnya. Hidan mempercepat langkahnya dengan berlari menghindari mobil yang melaju cepat tadi 

"Ngiiiiiiing..." Suara mobil yang berdengung saat melintasi hidan, suara yang timbul karena laju mobil yang begitu cepat

"kenapa tiba tiba ada mobil yang melintas, padahal aku yakin dr jarak 100 meter kiri kanan tidak ada mobil yang melaju kearah sini" Hidan masih bingung dengan kehadiran mobil yang tiba tiba tadi

"Uhk..." Hidan mendengar suara batuk kecil dari gadis itu, sekarang ia sudah berada tepat di depan gadis itu

"Hey.. kau tidak apa apa? " Hidan memulai pembicaraan, tapi tak ada respon dari gadis itu

"Jangan takut, aku hanya ingin membawamu berteduh di rumah yang berada di sebrang jalan ini, aku takan menyakitimu" Hidan berusaha membujuk gadis itu

"Deg....." tiba tiba Hidan merasakan hawa aneh mengelilinginya

"Sial...aku merasakan firasat aneh, sepertinya aku tidak bisa lama lama di luar sini, aku harus cepat membawanya" gumam Hidan dalam hati.

bagaimana pun Hidan berusaha berkomunikasi dengan gadis itu tapi ia tidak mendapatkan respon apapun, gadis itu masih duduk memeluk kedua lututnya sambil menundudukan kepalanya, namun tak lama setelah itu terdengar perlahan suara tangisan dari gadis itu.

Hidan tau dia tidak punya banyak waktu, ia tidak menghiraukan tangisan gadis itu dan langsung meraih tanganya, menariknya agar gadis itu berdiri. namun baru saja Hidan menarik tanganya tiba tiba gadis itu berdiri dan mendorong Hidan

"JANGAN DEKATI AKU, AKU BUKAN PELACURMU" Bentak gadis itu dengan nada marah

"BUK...." Hidan terjatuh kejalan raya karena dorongan kuat dari gadis itu, Hidan bersusaha menopang tubuhnya dengan kedua tanganya

"Dengar...aku tidak ingin berniat jahat padamu, aku hanya ingin menolong mu, di luar sini berbahaya" Jawab Hidan berusaha menenangkan

Akan tetapi yang diterima Hidan adalah tatapan dari gadis itu ditambah giginya yang mengerutuk pertanda ia marah pada Hidan, dengan tatapan kosong seperti kerasukan gadis itu berdiri terpaku sambil menatap tajam Hidan. Hidan berusaha bangkit dan beranjak dari jalan raya

"TIIIID......" Suara klakson kembali mengejutkan Hidan

"Argh....." kali ini bukan hanya mengejutkanya tapi membuat dengungan kencang di telinganya. Hidan kesakitan sambil menutup kedua telinganya

"Argh...." gadis itu juga kesakitan dan menutup kedua telinganya sama seperti Hidan

"Dimana aku, apa yang terjadi padaku" tanya gadis itu, sepertinya suara klakson itu menyadarkan gadis itu dari rasukanya.

Hidan yang mengerti bahwa gadis itu telah sadar segera menunjuk kearah sebrang jalan, kearah rumahnya

"Disini tidak aman, ayo berlindung dirumah ku" perintah Hidan

Hidan menggapai tangan gadis itu dan menariknya agar ikut lari bersamanya menyebrangi jalan dan berlindung di rumahnya, namuh ketika Hidan hendak menyebrang tiba tiba kabut itu semakin tebal, bahkan Hidan tidak menyadari sejak kapan dirinya diselimuti kabut
"Hah, aneh, dari mana datang nya kabut ini" gumamnya dalam hati

"TIIIIID....."
"NGIIING..." 

Tiba tiba suara klakson dan laju kendaraan meramaikan lalu lalang lalu lintas, Hidan tidak bisa menyebrang karena kabut itu terlalu tebal dan laju kendaan yang melintas melaju cepat. Sepertinya keanehan itu juga dirasakan oleh gadis itu

"Kita harus berlindung" kata gadis itu panik dan takut dengan kabut aneh tersebut

Ketika Hidan dan gadis itu kebingungan dan kesulitan saat hendak menyebrangi jalan raya. Nisa dari sebrang jalan memperhatikan keduanya justru malah dengan keadaan Hidan berdiri diam terpaku melihat kearah gadis itu, dan sang gadis masih duduk memeluk lututnya sambil menatap kearah Hidan juga, dari jarak jauh Nisa melihat Hidan dan gadis itu hanya diam mematung dan sedang membicarakan sesuatu.

"Kak Fikri, kenapa kak Hidan hanya diam beridiri disana, bukan membawa gadis itu kemari" tanya Nisa yang mulai gelisah dengan keadaan keduanya diluar kepada Fikri

Fikri beranjak dari bangkunya dan berjalan menuju jendela yang sedari tadi Nisa mengawasi Hidan dari balik jendela. Fikri mulai merakan ada yang aneh dengan keduanya, dia melihat apa yang dikatakan Nisa itu benar, mereka berdua hanya diam mematung di sebrang jalan.

"Nisa kamu tetap disini dan jangan kemana mana" perintah Fikri pada Nisa

Fikri bergegas mengambil pedang yang menggelantung di tembok kamarnya dan melangkah kearah pintu keluar

"Kreeeek..." baru saja Fikri membuka pintu angin kencang menerpanya, sama seperti yang dirasakan Hidan sebelumnya. namun dengan sigap Fikri menarik pedang dari sarungnya dan melindungi diri dengan menebas angin yang menerpanya. walaupun ia tahu yang ia tebas adalah angin, tapi instingnya sebagai petarung membuat dirinya spontan menarik pedang dan melindungi dirinya dengan senjatanya itu, merasakan hawa aneh dari angin yang barusan menerpa nya. terlalu kuat dan dingin.

Fikri berlari kearah Hidan menyebrangi jalan yang tidak ada satupun kendaraan yang melintasinya. sambil meneriakan nama Hidan, namun Hidan hanya diam membeku mengahadap kearah gadis itu

"HIDAAAN... CEPAT BAWA DIA KEMARI, DISINI TIDAK AMAN" teriak Fikri, namun teriakan Fikri tidak mempengaruhi mereka. dari kejauhan Fikri melihat Hidan seperti sudah terhipnotis oleh sesuatu.

kembali ke Hidan yang berusaha menyebrangi jalan raya yang dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu lalang dengan laju yang begitu cepat. Hidan mulai melangkahkan kakinya menapaki jalan raya di tengah tengah kabut Putih tebal yang menyelimutinya. dia menggenggam erat tangan gadis itu yang berada di belakangnya namun sialnya saat keduanya berada di tengah jalan tiba tiba mereka berdua tidak bisa menggerakkan kakinya

"Aku tidak bisa bergerak, kakiku tidak bisa bergerak" keluh gadis itu dibelakang Hidan

Hidan justru merasakan seperti perutnya di tembus oleh sesuatu yang tajam, sessuatu yang mirip dengan pedang

"Sial....apakah ini halusinasi?"gumam Hidan menenangkan dirinya

"TIIIID...." suara klakson mobil container berbunyi memperingati mereka berdua yang tak bergerak di tengah jalan. dengan laju yang cepat container itu tidak menghentikan pergerakanya.

"AAAAHK....." Jerit gadis itu histeris saat container sudah dekat dan hendak menabrak keduanya

"Braaaa..." tiba tiba pukulan Fikri mendarat di pipi Hidan

"SADAR LAH HIDAAN...." teriak Fikri

'Hidan dan gadis itu tiba tiba tersadar dari halusinasinya, kabut yang mengelilingi mereka lenyap seketika. Hidan  yang berada diujung maut saat terbuai oleh halusinasi kini kembali menggenggam tangan gadis itu dan menariknya berusaha membuatnya berdiri dan bergegas berlari menyebrangi jalan menuju rumahnya diikuti Fikri yang berlari dari belakang mereka berdua.

"Braaak" Hidan menutup pintu dengan kuat sehingga terbanting dan menimbulkan suara berisik. Nafas Hidan dan gadis itu seperti diburu, terengah engah seperti habis dikejar sesuatu. mereka berdua berusaha menenangkan diri dan mengatur nafas kembali, sedang Fikri masih heran dengan apa yang terajdi dengan keduanya. padahal mereka hanya diam disebrang jalan, tapi kenapa bisa selelah itu.

BERSAMBUNG

Komentar