Antara Cinta dan Obsesi
















      Apakah sahabat mengetahui banyak orang yang menjadikan cinta sebagai alasan untuk melegalkan kemaksiatan, ada kesalahan dalam memahami hakikat cinta, cinta memang hal yang wajar dan manusiawi akan tetapi bukan berarti bebas membawa bawa, membonceng atau bahkan menyentuh lawan jenis sesuka hatinya, islam mengajarkan batasan dalam mengapresiasikan cinta khususnya bagi kita para insan cendikiawan mahasiswa yang menganut paradigma JOFISA (Jomblo Fi Sabilillah). Konon katanya para Jofisa akan mempertahankan statusnya sebagai jomlo hingga suatu saat sang pangeran akan datang menghampirinya, bertamu kerumahnya seraya mengutarakan maksud dan tujuan kedatanganya, berhadapan dengan cinta pertama nya, yakni sang ayah yang mencintai dan berkorban apapun untuk putri kesayanganya, kecintaan sang ayah kepada putrinya membuat ia tak rela melihat air mata putrinya menetes, tidak rela putrinya di ganggu dan disentuh oleh orang lain, namun kini sang pangeran itu memberanikan dirinya menghadapi sosok ayah yang menjadi benteng terakhir mencapai ridho dalam menjajaki tapak pernikahan.

"Bapak, ibu, adapun kedatangan saya kesini untuk melamar khadijah" sang pangeran mengutarakan maksud kedatanganya, maka seketika berubahlah suasana didalam rumah tersebut, dag dig dug hati yang tak dapat di ceritakan, keringat dingin perlahan bercucuran menahan sikap agar tetap terlihat biasa, normal dan tidak ada yang salah, Khadijah tak kuasa menatap wajah sang pangeran saat mendengar kata kata lamaran, layaknya bunga putri malu yang terkatup saat disentuh, Khadijah sudah tidak tau perasaaan apa lagi yang berkecamuk di hatinya, saat sang pangeran sedang berjuang mendapatkan ridho dan restu dari calon mertua, saat itu juga sang ayah mulai merasa gelisah dan bertarung melawan kenyataan, kenyataan bahwa putrinya sekarang sudah dewasa dan sudah saatnya memberikan amanah kepada seorang lelaki yang sholeh untuk menjaga lahir dan bathinya, kenyataan bahwa ia sudah tak bisa lagi melindungi sang buah hati dibawah naunganya, kenyataan bahwa perpisahan dengan sang putri sebentar lagi akan terlaksana. Sayang seribu sayang, penulis terbangun dari lamunanya karna suara teman yang marah marah lost streak enam kali main mobile legend, namun itu bukan masalah bagi mahasiswa yang baru masuk semester enam ini. cerita diatas adalah salah satu contoh dua insan yang dilanda asmara namun keduanya mampu menahan diri hingga waktu pembuktian dan pengungkapan rasa cinta telah datang, mereka tidak tergoda dan tergesa gesa mengungkapkan perasaan terlalu dini yang pada akhirnya terjerumus kedalam lembah kemaksiatan dan kerugian, sulit, sangat sulit untuk bisa bersikap seperti Khadijah dan pangeranya, harus memendam rasa karna agama, namun harus sahabat ketahui, akhirnya terasa manis dan menggetarkan hati, iniah yang disebut dengan mencintai karna Allah

      Obsesi justru bisa berkebalikan dengan cinta yang terdapat dalam cerita diatas, menurut KBBI versi daring obsesi adalah ide atau perasaan yang sangat merasuki pikiran, banyak orang yang salah kaprah bahkan tak mampu membedakan antara cinta dan obsesi, hal ini wajar terjadi karna memang keduanya agak sulit dibedakan namun meskipun memiliki garis tipis yang menyeka keduanya obsesi dan cinta masih bisa dibedakan, contohnya ketika Khadijah terobsesi dengan sang pangeran karna ketampananya dan berusahan mendapatkan pangeran dengan jalan apapun itu, seperti dengan memacarinya, lalu ketika dia sudah bosan dengan ketampananya dia akan berpaling, krn Khadijah hanya terobsesi dengan ketampananya, atau ketika Khadijah memandang pangeran adalah orang yang sholeh tapi seiring berjalanya waktu ketika sang pangeran berbuat maksiat disengaja atau tidak disengaja, Khadijah akan berpaling karna dia hanya terobsesi dengan kesholehanya. Hal tersebut akan memicu sikap Ghosting, hingga membuat pangeran sakit hati dan mencap semua wanita adalah buaya (betina).

      Lain halnya dengan cinta, ketika keduanya telah menemukan kekurangan yang dimilikinya, justru mereka akan saling melengkapi dan memperbaiki, ketika pangeran berekspektasi Khadijah adalah istri sholehah yang mampu melayani suaminya dengan baik, setelah menikah justru ia menemukan fakta bahwa Khadijah tidak bisa memasak, dengan kecintaan seorang suami, pangeran tidak memaki dan memarahi Khadijah, tapi memasukkan Khadijah kedalam kursus memasak, itulah yang dimaksud penulis saling melengkapi dan memperbaiki.

 

Komentar